Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
A. PENDAHULUAN
Kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun
global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian
lingkungan selain tentunya kuantitas produksi.
B. SYARAT PERTUMBUHAN
Daerah
pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 °LU-15 °LS.
Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 1-500 m dpl. Lama
penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm.
Temperatur optimal 24-280C. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses
penyerbukan. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat
tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau
Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah
yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang
dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya
tidak lebih dari 15o.
C. PENYEDIAAN
BENIH
1) Diperoleh Sumber Benih Kelapa Sawit
Sumber benih yang baik
dapat diperoleh dari balai-balai penelitian kelapa sawit, terutama oleh Marihat
Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan (RISPA). Dalam
penyediaan benih kelapa sawit, balai-balai penelitian tersebut mempunyai kebun
induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe Delidura dan pohon bapak
tipe Pisifera terpilih.
2) Penyediaan benih sendiri
Untuk memperoleh buah / benih yang baik,
penyerbukan yang terjadi pada bunga betina dari pohon induk harus dilakukan
secara terkontrol. Untuk maksud tersebut, penyerbukan harus dilaksanakan secara
buatan. Dalam penyerbukan secara buatan, pohon induk untuk bunga betina yang
digunakan adalah tipe Dura atau Delidura terpilih seperti terdapat di Marihat
research Station, sedangkan sebagai pohon induk bunga jantan digunakan tipe
Pisifera yang juga tersedia di Marihat Research Station. Penyerbukan buatan
diawali dengan penyediaan serbuk sari. Beberapa saat sebelum bunga matang,
bunga jantan dari pohon induk terpilih dibungkus dengan kantung plastik
transparan. Setelah bunga jantan tersebut matang, lalu dipotong dan dibawa ke
laboratorium untuk dipisahkan dari tandannya, kemudian diangin-anginkan. Serbuk
sari ini dimasukkan ke dalam tube dengan mencampurkan 0,25 gram serbuk sari
dengan 1 gram talk. Tube yang telah berisi serbuk sari dimasukkan ke dalam
sebuah botol kemudian divakumkan. Sambil menunggu saat penggunaannya botol
serbuk sari harus disimpan di dalam almari pendingin (freezer). Pada pohon induk
untuk bunga betina terpilih, tandan bunga betina ditutup dengan kantung plastik
transparan dan diberi label. Amati bunga sampai mencapai tingkat matang
reseptif. Ciri-ciri bunga betina yang telah matang adalah : warna kepala putik
menjadi kemerah-merahan dan telah terbuka dan berlendir. Setelah bunga betina
reseptif, serbukilah dengan serbuk sari yang telah disiapkan. Satu tube
campuran serbuk sari (0,25 gram serbuk sari + 1 gram talk) cukup untuk
menyerbuki satu tandan bunga betina. Bunga betina yang telah diserbuki diberi
label dan ditutup dengan plastik transparan. Empat hari kemudian penutup dibuka
dan tandan bunga betina dibiarkan untuk pertumbuhannya lebih lanjut. Setelah 6
bulan, tandan buah umumnya telah masak. Panen buah dan benih dilakukan bila pada
satu tandan telah terdapat paling sedikit satu buah telah lepas dari tandannya.
Pengecambahan benih kelapa sawit
1) Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
2) Tandan buah diperam selama tiga hari
dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama
3 hari.
3) Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari
biji. Cuci biji dengan air dan masukkan ke dalam larutan Dithane M-45 0,2%
selama 3 menit. Keringanginkan dan seleksi untuk memberoleh biji yang berukuran
seragam. Semua benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 22 derajat C dan
kelembaban 60-70% sebelum dikecambahkan.
4) Untuk mengecambahkan benih, dilakukan
perendaman terlebih dahulu. Benih direndam dalam ember berisi air bersih selama
5 hari dan setiap hari air harus diganti dengan air yang baru.
5) Setelah benih direndam, benih diangkat
dan dikering anginkan di tempat teduh selama 24 jam dengan menghamparkannya
setebal satu lapis biji saja. Kadar air dalam biji harus diusahakan agar tetap
sebesar 17 %.
6) Selanjutnya benih disimpan di dalam
kantong plastik berukuran panjang 65 cm yang dapat memuat sekitar 500 sampai
700 benih. Kantong plastik ditutup rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan
merekatnya. Simpanlah kantong-kantong plastik tersebut dalam peti berukuran 30
x 20 x 10 cm, kemudian letakkan dalam ruang pengecambahan yang suhunya 39 0C.
7) Benih diperiksa setiap 3 hari sekali ( 2
kali per minggu ) dengan membuka kantong plastiknya dan semprotlah dengan air
(gunakan hand mist sprayer) agar kelembaban sesuai dengan yang diperlukan yaitu
antara 21 – 22 % untuk benih Dura dan 28 – 30 % untuk Tenera.
8) Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di
ruang pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus
diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari benih akan mengeluarkan
tunas kecambahnya. Selama 15 – 20 hari kemudian sebagian besar benih telah
berkecambah dan siap dipindahkan ke pesemaian perkecambahan (prenursery ataupun
nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di atas sebaiknya
tidak digunakan untuk bibit.
D. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1. Pembibitan
Lokasi/areal untuk pelaksanaan pembibitan dengan pesyaratan :
harus datar dan rata, dekat dengan sumber air, dan letaknya sedapat
mungkin di tengah-tengah areal yang akan ditanami dan mudah diawasi. Lahan
pembibitan harus diratakan dan dibersihkan dari segala macam gulma dan
dilengkapi dengan instalasi penyiraman (misalnya tersedia springkle
irrigation), serta dilengkapi dengan jalan-jalan dan parit-parit drainase. Luas
kompleks pembibitan harus sesuai dengan kebutuhan.
Terdapat dua teknik pembibitan yaitu:
(a) cara langsung tanpa dederan
(b) cara tak langsung dengan 2 tahap (double stages system), yaitu :
- melalui dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan
- pembibitan utama(nursery) selama 9 bulan.
a) Cara langsung
Kecambah langsung ditanam di
dalam polibag ukuran besar seperti pada cara pembibitan. Cara ini menghemat
tenaga dan biaya.
(b) Cara tak langsung
Cara tak langsung dilakukan
dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal
(prenursery) selama 3 bulan dan persemaian bibit(nursery)selama 9 bulan.
-
Tahap pendederan (prenursery)
Benih yang sudah berkecambah
di deder dalam polybag kecil, kemudia diletakkan pada bedengan-bedengan yang
lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya.
Ukuran polybag yng digunakan
adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm (lay flat).
Polybag diisi dengan 1,5 –
2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.
Kecambah ditanam sedalam ± 2
cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm.
Setelah bibit dederan yang
berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit
dederan sudah dapat dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery).
Keadaan tanah di polybag
harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada
lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.
Penyiraman dengan sistem
springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang
diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman.
-
Pesemaian bibit (nursery)
Untuk penanaman bibit
pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50
cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian
bawahnya untuk drainase.
Polybag diisi dengan tanah
atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan
lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) dipesemaian bibit.
Bibit dederan ditanam
sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag besar
dan tanahsekitar bibit dipadatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag
besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan
diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x
100 cm x 100 cm.
2.
Pemeliharaan
1) Penyiraman
kegiatan penyiraman di pembibitan utama dilakukan dua
kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah air yang diperlukan
sekitar 9–18 liter per minggu untuk setiap bibit.
2) Pemupukan
untuk pemupukan dapat digunakan berupa pupuk tunggal atau
pupuk majemuk (N,P,K dan Mg) dengan komposisi 15:15:6:4 atau 12:12:7:2.
3) Seleksi bibit
seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama
dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua
dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi
terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat
dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya
abnormal dibuang, dengan ciri-ciri: a) bibit tumbuh meninggi dan kaku, b) bibit
terkulai, c) anak daun tidak membelah sempurna, d) terkena penyakit, e) anak
daun tidak sempurna.
E. TEKNIS PENANAMAN
1) Persiapan lahan
Tanaman
kelapa sawit sering ditanam pada areal / lahan : bekas hutan (bukaan baru, new
planting), bekas perkebunan karet atau lainnya ( konversi), bekas tanaman
kelapa sawit (bukaan ulangan, replanting).
Pembukaan
lahan secara mekanis pada areal bukaan baru dan konversi terdiri dari beberapa
pekerjaan, yakni: a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan
mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah; b) merumpuk, yaitu mengumpulkan
dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran. c) merencek dan
membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat
disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. d) pengolahan tanah
secara mekanis.
Pembukaan
lahan secara mekanis pada tanah bukaan ulangan terdiri dari pekerjaan, yakni:
a) pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor. b) meracun
batang pokok kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20 cm pada
ketinggian 1 meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan Natrium arsenit 20 cc
per pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang; c) membongkar,
memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang pokok kelapa sawit
dibongkar sampai akarnya dan swetelah kering lalu dibakar; d) pada bukaan
ulangan pembersihan bekas-bekas batang harus diperhatikan dengan serius karena
sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama
(misalnya kumbang Oryctes) atau penyakit ( misalnya cendawan Ganoderma).
2) Pengajiran ( memancang)
Maksud
pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit
sesuai dengann jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga
lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. System
jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m.
Dengan system segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara – Selatan tanaman
berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan)
tanaman per hektar adalah 143 pohon.
3) Pembuatan lubang tanaman
Lubang tanaman
dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukuran lubang, panjang x lebar x dalam
adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah atas dan bawah
dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.
4) Menanam
Cara menanam bibit yang ada pada polybag, yaitu:
- Sediakan
bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang tanam yang sudah
dibuat.
- Siramlah
bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan
persediaan air cukup untuk bibit.
- Sebelum
penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk
fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.
- Buatlah
keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan
hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.
- Timbunlah
bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke
sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit
dapat berdiri tegak.
- Penanaman
bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama
ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila
hujan, lubang tidak akan tergenang air.
- Pemberian mulsa sekitar
tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
- Saat menanam yang tepat adalah pada awal
musim hujan.
F. PEMELIHARAAN TANAMAN
a. Penyulaman
Tanaman
mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145
pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari.
- Penyulaman dilakukan untuk
mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik.
- Saat menyulam yang baik
adalah pada musim hujan.
- Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang disulam
yaitu bibit berumur 10 – 14 bulan.
- Banyaknya sulaman biasanya
sekitar 3 – 5 % setiap hektarnya.
- Cara melaksanakan
penyulaman sama dengan cara menanam bibit.
b. Penyiangan
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.
c. Penanaman tanaman penutup tanah
-
Tanaman penutup tanah (tanaman kacangan, Legume Cover Crop atau LCC) pada areal
tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat
fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan mempertahankan kelembaban
tanah, menekan pertumbuhan gulma.
-
Penanaman tanaman kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan
lahan selesai.
-
Jenis-jenis tanaman kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalh
Centrosema pubescens,
Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica.
- Biasanya penanaman tanaman kacangan ini
dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).
d. Membentuk piringan (bokoran, circle weeding)
- Piringan
di sekitar pokok (pohon kelapa sawit) harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah
di sekitar pokok dengan
jari-jari 1 – 2 meter dari pokok harus selalu bersih dan gulma yang tumbuh
harus dibabat, disemprot dengan herbisida.
e. Pemupukan
- Jenis
pupuk yang diberikan adalah pupuk N,P,K,Mg dan B (Urea, TSP, Kcl, Kiserit dan
Borax).
-
Pemupukan ekstra dengan pupuk Borax pada tanaman muda sangat penting, karena
kekurangan Borax (Boron deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa
sawit.
- Dosis
pupuk yang digunakan disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian untuk TBM
(Tanaman Belum Menghasilkan).
- Untuk
tanaman menghasilkan dosis yang digunakan berdasarkan analisis daun.
- Dosis
pemupukan tergantung pada umur tanaman.
- Contoh
dosis pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan adalah sebagai berikut :
Urea : 2,0
– 2,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
KCl : 2,5
– 3,0 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
Kiserit :
1,0 – 1,5 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
TSP : 0,75
– 1,0 kg/ph/th → diberikan 1 x aplikasi
Borax :
0,05 – 0,1 kg/ph/th → diberikan 2 x aplikasi
Untuk
tanaman yang belum menghasilkan, yang berumur 0 – 3 tahun, dosis pemupukan per
pohon per tahunnya adalah sebagai berikut :
Urea :
0,40 – 0,60 kg
TSP : 0,25
– 0,30 kg
KCl : 0,20
– 0,50 kg
Kiserit :
0,10 – 0,20 kg
Borax :
0,02 – 0,05 kg
- Pada
tanaman belum menghasilkan pupuk N,P,K,Mg,B ditaburkan merata dalam piringan
mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tajuk daun.
- Pada
tanaman yang sudah menghasilkan: pupuk N ditaburkan merata mulai jarak 50 cm
dari pokok sampai di pinggir luar piringan. Pupuk P,K dan Mg harus ditaburkan
merata pada jarak 1 – 3 meter dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak
30 – 50 cm dari pokok.
- Waktu
pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan (September –
Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan paada akhir musim hujan (Maret –
April) untuk pemupukan yang kedua.
f. Pemangkasan daun
Maksud pemangkasan
daun adalah untuk memperoleh pokok yang bersih, jumlah daun yang optimal dalam
satu pohon dan memudahkan panenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan
umur / tingkat pertumbuhan tanaman.
Macam-macam
pemangkasan :
- Pemangkasan pasir,
yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16 –
20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan buah-buah pertama
yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam
yang disebut dodos.
- Pemangkasan produksi,
yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20 – 28 bulan dengan
memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang
dipangkas dalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama
lain), juga buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada
pemangkasan pasir.
- Pemangkasan pemeliharaan,
adalah pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan
maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap saat pada pokok hanya
terdapat daun sejumlah 28 – 54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus
sependek mungkin (mepet), agar tidak mengganggu dalam pelaksanaan panenan.
g. Kastrasi Bunga
Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu
tanaman berumur 12-20 bulan.
h. Penyerbukan Buatan
Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan
buatan oleh manusia atau serangga.
a. Penyerbukan oleh manusia.
Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga
betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari
jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik
kemerah-merahan dan berlendir.
Cara penyerbukan:
1. Bak seludang bunga.
2. Campurkan serbuk sari
dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan
biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala
putik dengan menggunakan baby duster/puffer.
b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit.
Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada
bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif.
Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna,
produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat
sampai 30%.
G. HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama
a. Hama Tungau
Penyebab: tungau merah
(Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan
berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR.
b. Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens.
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya
saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.
2. Penyakit
a. Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia
lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian
mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar.
Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim
kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan
pengunaan Natural GLIO.
b. Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum.
Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi
warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada
bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal.
c. Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis
paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk
dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam
bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian
hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat
dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia
lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata
AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma)
agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis +
5 ml (1/2 tutup)/tangki .
H. PANEN
Umur Panen
Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60%
buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri
tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan
yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari
tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar